Masa Pandemi menunjukkan bagaimana kondisi keuangan terkadang tidak bisa diprediksi. Pandemi menunjukkan bagaimana penghasilan utama terkadang tidak mencukupi keuangan keluarga, hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya tren investasi di Indonesia. Bagaimana masyarakat berlomba ? lomba untuk mendapatkan pendapatan tambahan di tengah masa ketidakpastian.
Faktor historis dan supply yang terbatas menjadikan emas sebuah komoditi logam yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan banyak diminati berbagai kalangan untuk berinvestasi. Namun yang perlu kita semua pahami di setiap bentuk investasi pasti memiliki risiko. Apabila kamu pernah melihat iklan yang mengatakan investasi aman tanpa risiko sudah pasti itu pernyataan yang kurang bertanggung jawab. Jika kamu menghindari risiko lebih baik kamu menabung karena itu adalah pilihan yang jauh lebih aman daripada berinvestasi.
Kamu pasti sadar jika besaran gaji pegawai di tiap daerah pasti memiliki jumlah nominal yang berbeda-beda. Upah Minimum Provinsi (UMP) lah yang menjadi patokan besaran penghasilan yang diterima oleh pegawai di tiap bulannya. UMP ini sendiri diputuskan oleh pemerintah provinsi berdasarkan rekomendasi dari Dewan Pengupahan.
Di masa pandemi Covid-19 ini banyak trend baru yang digemari masyarakat. Seperti olahraga bersepeda, memelihara ikan cupang, dan menghias rumah dengan tanaman hias Janda Bolong. Harga yang melonjak hingga ratusan juta rupiah untuk tanaman ini sanagat mencengangkan karena pada saat sebelum pandemi tanaman ini bukanlah tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang ssetinggi itu.
Di tahun 2020 ini kita dipaksa untuk merubah cara menjalani keseharian dengan membatasi kontak fisik dengan sesama. Apalagi kalau bukan karena Covid-19. Virus yang pertama kali teridentifikasi pada akhir tahun 2019 lalu kini telah menyerang berbagai negara tidak hanya dari segi kesehatan namun juga dari segi perekonomian.
Di masa pandemi banyak negara yang terancam mengalami resesi. Tapi apa sih sebenarnya resesi itu? Resesi memiliki arti kelesuan atau kemunduran yang berarti adalah sebuah kondisi kemunduran dari aktivitas atau produktivitas ekonomi pada sebuah negara. Indikatornya ada beberapa versi namun menurut National Bureau of Economic Research ada 4 aspek yang mengalami penurunan yaitu Tingkat Pemasukan, Penyerapan Tenaga Kerja, Tingkat Produksi Ekonomi, dan Tingkat Konsumsi Masyarakat.
Menjadi seorang pemain sepak bola merupakan pekerjaan yang sangat menjanjikan karena memiliki gaji yang lebih besar ketimbang kebanyakan profesi lainnya. Bergelimang harta dan popularitas menjadi ujian bagi para atlet untuk mengatur keuangan mereka. Rata-rata pemain sepak bola akan pensiun pada usia 35-40 tahun, mengingat durasi karir yang pendek maka perencanaan keuangan sangat perlu untuk keberlangsungan masa pensiun. Berikut adalah beberapa investasi yang diminati oleh beberapa pesepak bola.
Investasi saat ini menjadi salah satu kebutuhan penting bagi semua orang, namun sayangnya masih banyak juga orang yang takut untuk memulai investasi. Alasan yang paling sering digunakan untuk orang-orang yang sering menunda investasi adalah "investasi itu ribet". Namun saat ini, Simas Invest hadir untuk menghilangkan stigma tersebut. Apa itu Simas Invest?
Baru gajian tapi tabungan sudah tipis lagi buat bayar cicilan. Cicilan sudah lunas diganti dengan cicilan yang baru lagi. Begitulah siklus yang sering dialami ketika gagal dalam mengatur cicilan. Padahal apabila memiliki strategi yang tepat dalam pengaturannya kamu bisa lebih bernafas lega ketika melihat jumlah saldo tabungan kamu.
Memutuskan untuk membangun sebuah keluarga artinya harus merencanakan segala sesuatunya, termasuk dalam hal keuangan. Perencanaan keuangan akan menjadi panduan dalam mencapai tujuan keuangan yang diinginkan. Dengan menyusun tujuan keuangan dengan jangka waktu yang jelas, maka akan terbayangkan beberapa pilihan strategi untuk mencapai tujuan tersebut.
Harus diakui bahwa penetrasi asuransi jiwa dalam negeri masih rendah. Mengutip Hendrisman Rahim, Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia, angkanya masih di kisaran 2%. Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kondisi ini adalah pandangan masyarakat yang masih menganggap asuransi sebagai produk keuangan yang rumit dengan proses yang berbelit-belit.
Sudah bukan rahasia lagi, minat baca masyarakat Indonesia masih sangat menyedihkan. Menurut studi yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016, minat baca masyarakat Indonesia berada di peringkat ke-60 dari 61 negara. Peringkat itu di atas Botswana (61) dan di bawah Thailand (59).
Masih minimnya masyarakat Indonesia yang memiliki asuransi jiwa meskipun manfaatnya sangat jelas menjadi hal yang memprihatinkan. Hal itu dibuktikan oleh survei MarkPlus pada tahun 2011 yang menemukan fakta bahwa tiga dari lima orang Indonesia tidak punya persiapan menghadapi risiko kesehatan atau kematian.
Sebuah survei yang dilakukan oleh GoBankingRates pada bulan Februari 2018 lalu, ditemukan fakta bahwa semakin banyak generasi milenial tidak memiliki tabungan sama sekali. GoBankingRates menemukan bahwa anak muda di AS yang berusia 18-24 tahun memiliki saldo tabungan kurang dari US$1.000 atau hanya sekitar Rp 14,6 juta. Bahkan yang tidak memiliki tabungan sama sekali ada hampir separuh di antara mereka.